Selasa, 03 April 2018

Sambut Libur Long Weekend Gembira Loka Yogyakarta Zoo Target 50 Ribu Pengunjung

Libur long weekend kali ini kembali dimanfaatkan oleh masyarakat untuk bertamasya. Salah satu destinasi favorit di Yogyakarta adalah Gembira Loka Zoo.

Kebun Binatang yang berdiri sejak tahun 1953 ini terlihat dipenuhi wisatawan.

Merespon minat masyarakat yang tinggi terhadap keberadaan Gembira Loka Zoo, pengelola memberikan fasilitas untuk kenyamanan para pengunjung yang didominasi oleh rombongan keluarga dan siswa sekolah ini.

Khrisyanto Agung Wibowo, Kabag Humas Gembira Loka Zoo ditemui di kantornya menjelaskan, pihaknya menyediakan gelang tangan khusus untuk pengunjung anak-anak.

Gelang ini dilengkapi dengan nama dan nomor telepon orang tua atau penanggung jawab rombongan.

Fungsi gelang ini adalah untuk mempermudah menemukan pengunjung anak anak seandainya terpisah dari orang tua atau rombongannya.

Biasanya, anak anak yang terpisah ini lantaran asik sendiri dan orang tua juga kurang memperhatikan keberadaan anaknya.

"Meski petugas sudah sering mengingatkan pengunjung untuk selalu memperhatikan anak anaknya, tapi tetap saja masih ada yang terpisah. Untuk itu, kami sediakan gelang tangan bagi yang membutuhkan secara gratis," ujar Agung, Jumat (30/3/2018).

Lanjut Agung, fasilitas lain yang disediakan untuk pengunjung adalah kursi roda dan akses untuk difabel.

Kursi roda ini disediakan gratis bagi pengunjung yang membutuhkan.

Saat di area Gembira Loka Yogyakarta Zoo, juga disediakan akses khusus, baik dari pintu barat maupun timur serta wahana Kereta Wisata untuk mereka yang menggunakan kursi roda.

"Untuk pengunjung yang suka selfie, jangan khawatir kalau baterai habis dan tak bawa power bank. Kami menyediakan beberapa spot pengisian baterai secara gratis di area Gembira Loka Zoo," kata Agung.

Agung menambahkan, saat ini para pengunjung sudah bisa menikmati koleksi satwa di zona burung, zona reptile zona cakar dan zona primata.

Untuk target pengunjung selama libur long weekend bertepatan dengan libur paskah tahun ini, pihaknya memiliki target selama 4 hari sebanyak 50 ribu pengunjung.

Ajakan Travel Mates Mengunjungi Destinasi Wisata Candi Ijo Yogyakarta Tak Populer di Jogja

Berlibur dengan mengunjungi tempat-tempat wisata pada umumnya adalah biasa. Namun, anak-anak muda yang bergabung dalam Travel Mates Yogyakarta menawarkan diri menjadi "teman" berwisata ke tempat-tempat non-populer.

Adriansyah Pratama (23), Penggagas Travel Mates, mengungkapkan ada banyak destinasi wisata di Yogyakarta, Magelang, Klaten dan sekitarnya yang sebetulnya sangat menarik untuk dikunjungi. Namun memang kurang terekspos sehingga jarang dilirik wisatawan. Destinasi wisata itu rata-rata berupa cagar budaya, museum, sampai wisata alam.

"Ada Museum Batik di dekat Keraton Yogyakarta, ada Candi Pawon dan Mendut tidak jauh dari Candi Borobudur, ada juga Candi Sojiwan dan Plaosan di Klaten, tempat-tempat ini memang kurang populer, jadi jarang dikunjungi," ucap Adrian, di Yogyakarta, belum lama ini.

Padahal, katanya, tempat-tempat itu tidak kalah menarik dibanding dengan destinasi populer lainnya. Di sana tidak sekadar bagus tapi juga sarat ilmu pengetahuan, mulai sejarah, seni dan budaya.

Contohnya Museum Batik. Di museum ini menyimpan banyak batik nusantara, sejak nenek moyang sampai sekarang. Di sana wisatawan akan tahu sejarah membuat batik, ragam motif dan arti batik, sampai peralatan membatik dari masa ke masa.

"Di Museum Batik bagus lho, ada batik yang usianya sudah ratusan tahun. Jadi wisatawan enggak sekedar bersenang-senang, tapi juga belajar sejarah," ujar alumnus Fakultas Filsafat UGM Yogyakarta itu.

Travel Mates berusaha untuk mengenalkan destinasi itu kepada para pelanggannya dengan cara menyisipkan di sela-sela kunjungan wisata mereka di Yogyakarta dan sekitarnya. Sejauh ini cara ini lebih efektif untuk menarik mereka.

Ternyata, imbuh Adrian, antusias wisatawan cukup baik. Ada yang tertarik karena penasaran karena destinasi itu nyaris tidak pernah terpikirkan oleh mereka.

"Destinasi wisata populer tetap kami tawarkan, namun di sela kunjungannya kami sisipkan destinasi non-populer itu. Kami kombinasikan keduanya," ungkapnya.

Menurutnya, selalu ada kesan tersendiri ketika wisatawan sudah menjelajah tempat wisata itu. Pasalnya, mereka tidak hanya mendapatkan kepuasan tapi juga pengalaman baru yang tidak akan dilupakan. Di situs Sojiwan Klaten misalnya, wisatawan juga akan diajak membatik langsung tentang batik yang motifnya diambil dari relief situs tersebut.

"Ada pengalaman baru bagi wisatawan, ada cerita-cerita baru yang diperoleh sepulang dari Candi Ijo Yogyakarta Sojiwan dan lainnya. Ini yang tidak didapat ketika berwisata di obyek wisata mainstream," katanya.

Adrian menyebut masih banyak tempat-tempat potensial yang sejauh ini belum banyak dikunjungi, antara lain Candi Gebang, Candi Sambisari, Candi Barong, Candi Ngawen dan masih banyak lagi.

Sejauh ini konsumen Travel Mates sebagian besar wisatawan lokal dari Yogyakarta, Jakarta, Balikpapan, dan Medan. Sedangkan dari mancanegara yakni Malaysia, Singapura, Thailand hingga Kanada. Jumlah wisatawan yang memakai jasanya bervariasi, mulai dari 1 orang sampai rombongan 3 bus.

Penghargaan UNESCO Bagi Adrian yang teman-temannya, Travel Mates tidak sekadar membangun bisnis, akan tetapi juga mengasah kemampuan memandu dan komunikasi atau bercerita kepada wisatawan tentang sejarah, seni dan budaya bangsa Indonesia. Mau tidak mau mereka harus banyak menggali ilmu pengetahuan tentang itu dari berbagai referensi.

"Kami mau tidak mau jadi belajar lagi, banyak membaca, nyari referensi tentang budaya. Supaya kami juga bisa menjelaskannya kepada wisatawan dengan baik," ucap pemuda asal Malang, Jawa Timur itu.

Di sisi lain, Travel Mates ingin mengenalkan kekayaan cagar budaya Indonesia kepada masyarakat luas. Dengan harapan masyarakat akan merasa memiliki sehingga sadar tentang pelestarian warisan nenek moyang.

Visi dan misi Travel Mates ini sejalan dengan UNESCO yang fokus pada pemberdayaan masyarakat dan pelestarian cagar budaya. Terlebih digagas serta dijalankan oleh anak-anak muda.

Oleh karena itu, belum lama ini, mereka memperoleh penghargaan UNESCO dan Citi Foundation sebagai salah satu kelompok pemuda yang inovatif mengembangkan industri kreatif dan Budaya di Indonesia